HarianKripto.id – Kalau kamu sering terlibat di dunia crypto, tentu sering mendengar istilah Layer 1 dan Layer 2. Istilah tersebut tidak asing di cryptocurrency, tapi tahu kah kamu tentang apa itu Layer 1 dan Layer 2 di Blockchain? Sini merapat untuk mengulas bersama tentang istilah tersebut supaya makin paham.
Mengutip Investopedia, penjelasan tentang Layer 1 adalah solusi yang dilakukan langsung pada sistem utama blockchain untuk meningkatkan kapasitas transaksi. Sementara itu, Layer 2 adalah sistem tambahan seperti program, jaringan, atau blockchain lain yang membantu memproses sebagian transaksi di luar sistem utama, lalu mengirimkan datanya kembali untuk diproses.
Masih kurang paham dengan istilah teknis di atas? Wajar saja, karena penjelasannya terasa lebih teknikal. Mari kita buat lebih sederhana!
Jadi, Layer 1 adalah lapisan dasar atau pondasi utama dari suatu blockchain. Di sini lah semua transaksi dan aktivitas terjadi secara langsung.
Kalau Layer 1 ibaratnya adalah jalan utama, maka Layer 2 adalah membuat jalur tambahan supaya semuanya tidak menumpuk di jalan utama. Tujuannya adalah supaya beban lalu lintas di jalan utama bisa dikurangi untuk demi menghindari kemacetan.
Layer 2 biasanya berbentuk jaringan tambahan, protokol, atau bahkan mini blockchain yang dibangun di atas Layer 1. Layer 2 biasanya mengambil sebagian beban kerja dari blockchain utama supaya lebih halus dalam bekerja.
Mengenal Istilah Layer di Blockchain
Dalam dunia blockchain, para pengembang sering menggunakan istilah ‘Layer’. Setiap blockchain dibangun dalam beberapa lapisan (layer), dan tiap lapisan punya fungsi yang berbeda.
Seperti sebuah bangunan, blockchain tersusun dalam lapisan-lapisan. Setiap lapisannya selalu bergantung dari pondasi utama, seperti Layer 1 bergantung pada Layer 0, lalu Layer 2 bergantung pada Layer 1, dan begitu lah konsepnya.
Secara umum, pembagian lapisan ini bisa dijelaskan sebagai berikut:
- Layer 0: Infrastruktur dasar
- Layer 1: Lapisan data atau blockchain utama
- Layer 2: Lapisan jaringan yang menghubungkan node dan menjadi tempat solusi scalling off-chain
- Layer 3: Lapisan konsensus, tempat protokol dan mekanisime konsensus dijalankan
- Layer 4: Lapisan aplikasi, tempat aplikasi dibuat dan berinteraksi dengan blockchain
Biasanya, blockchain utama disebut Layer 1 dan Layer 2 adalah sistem tambahan yang membantu kerja Layer 1.
Contoh Layer 1
Supaya lebih mudah dalam penjelasan tentang Layer 1, berikut adalah contohnya. Bitcoin (BTC) adalah blockchain pertama yang memperkenalkan konsep desentralisasi digital yang menggunakan Proof of Work.
Lalu kemudian adalah Ethereum (ETH) yang merupakan blockchain Layer 1 paling terkenal untuk smart contract dan aplikasi terdesentralisasi. Kini menggunakan Proof of Stake dan mendukung ribuan proyek seperti DeFi, NFT, dan DAO.
Solana (SOL) adalah yang terkenal karena sebagai Layer 1 dengan biaya murah dan kecepatan tinggi. Sedangkan, Cardano (ADA) yang juga Layer 1 lebih fokus pada riset akademis dan pengembangan yang berbasis peer-reviewed.
Contoh Layer 2
Langsung saja dimulai dari Bitcoin (BTC). Layer 2 dari BTC salah satunya adalah Lighting Network yang merupakan solusi transaksi mikro cepat dan murah. Diketahui Lighting Network bisa digunakan untuk transaksi sehari-hari dengan menggunakab Bitcoin sebagai alat pembayarannya.
Lalu Ethereum (ETH). ETH sendiri memiliki ekosistem Layer 2 paling aktif dan berkembang. Contohnya adalah Arbitrum sebagai solusi untuk mengatasi kecepatan dan biaya murah, serta banyak pengembang yang membangun aplikasi terdesentralisasi (dApps) di bawah jaringan ETH.
Cardano (ADA) sedang berproses membangun Layer 2 yang disebut dengan Hydra. Hydra berakar pada penelitian peer-review yang meningkatkan throughput transaksi dan memastikan efisiensi biaya sambil mempertahankan keamanan yang ketat.