HarianKripto.id – Bhutan, sebuah negara kecil di Asia Selatan, mempunyai cara unik dalam memperkuat ekonominya. Negeri Naga Guntur ini menggunakan Bitcoin (BTC) sebagai jurus andalan keluar dari krisis ekonomi.
Bitcoin sendiri adalah mata uang digital yang tidak diatur oleh pemerintah mana pun. Semua transaksinya pun dicatat dalam sistem blockchain yang bisa dilihat secara transparan.
Selama ini, Bhutan dikenal sebagai negara yang berbeda dalam memandang kemajuan. Bukan dari seberapa besar angka pertumbuhan ekonomi, tapi dari seberapa bahagia rakyatnya dan seberapa lestari alamnya.
Sebuah negara kecil yang diampit oleh India dan China ini diam-diam mengikuti tren finansial global supaya keluar dari krisis ekonomi. Mereka mulai mengadopsi crypto, terutama dengan menambang Bitcoin
Kendati menambang Bitcoin, Bhutan tercatat menjadi negara pertama di dunia yang berhasil mencetak jejak karbon negatif. Kok bisa? Pembangkit listrik tenaga air menjadi bahan bakar bagi komputer untuk menyelesaikan teka-teki matematika demi imbalan BTC.
Tentang proses penambangan Bitcoin untuk pemasukan negaranya, Perdana Menteri Bhutan, Tshering Tobgay, menjelaskan alasannya kepada Al Jazeera.
“Ini sebenarnya cuma pilihan strategi sederhana yang sudah banyak orang ambil dan hasilnya bisa miliaran dolar. Menurut saya, pemerintah juga seharusnya melakukan hal yang sama,” kata Tobgay, dikutip dari Al Jazeera.
Tobgay menjelaskan bahwa saat musim panas, aliran air meningkat, sehingga pembangkit listrik tenaga air menghasilkan energi jauh lebih banyak dari yang dibutuhkan.
“Di situlah penambangan Bitcoin jadi masuk akal banget,” ujarnya.
Crypto Membantu Bhutan Atasi Krisis Ekonomi
Bhutan sedang berada di persimpangan besar dalam sejarah ekonominya. Selain mengandalkan sektor pariwisata, crypto juga menjadi sumber pemasukan dari negaranya.
Masalah terbesar yang dihadapi Bhutan bukan cuma soal uang, tetapi juga kehilangan sumber daya manusia terbaik mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak anak muda Negeri Naga Guntur itu yang berpendidikan tinggi memilih untuk ke luar negeri.
Alasannya sudah jelas. Gaji bekerja di luar negeri lebih menarik dan Australia menjadi salah satu tujuan utama. Apalagi jumlah imigran Bhutan di Negeri Kangguru meningkat dua kali lipat hanya dalam waktu lima tahun.
Fenomena yang disebut brain drain ini berdampak langsung ke sektor penting negara, terutama birokrasi. Sejak 2019, gelombang pegawai negeri yang mengundurkan diri terus meningkat.
“Kami ada pekerjaan di Bhutan, tetapi lapangan pekerjaannya tidak dapat bersaing dengan gaji yang mereka dapatkan dari negara-negara maju lainnya,” ucap Tobgay.
Hingga pada akhirnya, Pemerintah Bhutan mencari cara supaya mereka bertahan. Lalu kemudian di sini lah peran Bitcoin mulai terasa untuk menyelamatkan negara kecil tersebut.
Pada tahun 2023, pemerintah Bhutan menjual aset crypto senilai 100 juta dolar AS. Salah satu hasilnya adalah digunakan untuk menggadakan gaji pegawai negeri dan langkah tersebut membuat jumlah pegawai negeri yang mengundurkan diri mulai berkurang.
Bagi Bhutan, Bitcoin bukan cuma sekadar tren atau investasi digital. Token yang diciptakan oleh Satoshi Nakamoto itu adalah alat untuk bertahan hidup.
Berapa Bitcoin yang Dimiliki Bhutan?
Tidak ada informasi resmi terkait jumlah kepemilkan Bitcoin di Bhutan. Pemerintah memang tidak pernah secara resmi mengumumkan seberapa besar kepemilikan mereka dalam aset crypto.
Kendati begitu, perusahaan analisis blockchain, Arkham, memberikan gambaran bahwa nilai Bitcoin yang dimiliki Bhutan diperkirakan lebih dari 600 juta dolar AS per 9 April lalu atau setara dengan sekitar 30 persen dari total PDB negara tersebut.
Arkham juga mencatat bahwa Bhutan memiliki sejumlah crypto lainya seperti Ethereum (ETH) dan LinqAI. Nilai keduanya tidak sebesar Bitcoin, tetapi menunjukkan bahwa Bhutan sudah terlibat di aset digital jauh lebih dalam dari yang dibayangkan.
Langkah besar ini sebenarnya sejalan dengan visi Raja Bhutan, Jigme Khesar Namgyel Wangchuck. Sejak beberapa tahun lalu, sang raja sudah mendorong pentingnya transformasi digital sebagai bagian dari masa depan Bhutan.
“Menjadi negara kecil membuat kita harus menjadi negara yang cerdas — bukan karena pilihan, tapi karena kebutuhan. Teknologi adalah alat penting yang akan membawa kita ke sana,” kata sang Raja Bhutan dalam pidatonya di tahun 2019 silam.
Sebagai negara kecil yang berada di antara India dan China, Bhutan sadar betul bahwa mereka tidak bisa bersaing melalui kekuatan militer atau industri besar. Namun, di dunia digital, semuanya bisa terlibat untuk berkembang.