HarianKripto.id – Teori penting yang perlu dipahami jika hendak melakukan trading di crypto adalah beli murah lalu jual ketika harga naik. Akan tetapi, kita kali ini tidak akan membahas soal beli murah jual mahal saja.
Salah satu kemampuan yang perlu dikuasai untuk trading adalah membaca grafik candlestick. Grafik ini bisa menjadi petunjuk tentang arah pergerakan harga pasar berdasarkan pola-pola yang sudah ada sebelumnya.
Tapi yang perlu dipahami, artikel ini hanya membahas teori trading dan tidak 100 persen akurat. Jadi tetap saja, do your own research (DYOR) untuk mendapatkan keuntungan maksimal.
Mengutip laman Academy Binance, kita akan membahas penjelasan tentang candlestick dan petunjuk-petunjuk bullish atau bearish.
Apa itu Candlestick?
Candlestick adalah panduan untuk melihat pergerakan harga suatu aset dalam periode waktu tertentu. Pergerakan harga bisa dilihat dalam satu menit, satu jam, harian, mingguan, bulanan, bahkan tahunan.
Metode candlestick diketahui pertama kali dikembangkan di Jepang ratusan tahun lalu. Saat ini telah menjadi alat analisis teknikal utama di kalangan trader di seluruh dunia, termasuk yang fokusnya di crypto.
Yang perlu diketahui, setiap candlestick menunjukkan pergerakan harga dalam satu periode. Dan setiap kombinasi candle yang membentuk pola-pola bisa dianalisis untuk membantu dalam membuat keputusan.
Pola-pola candlestick bisa dianalisis untuk mengetahui perkiraan kenaikan (bullish) atau mengalami penurunan (bearish). Jadi, yang perlu kalian pahami adalah, ini juga soal do your own research (DYOR) yaaa.
Cara Membaca Pola Candlestick
Pola candlestick terbentuk dari beberapa candlestick yang muncul berurutan dengan bentuk tertentu. Setiap pola punya arti berbeda.
Beberapa pola menunjukkan keseimbangan antara pembeli dan penjual. Ada yang mengisyaratkan pembalikan arah (reversal), kelanjutan tren (continuation), atau keraguan pasar (indecision).
Namun yang perlu diingat adalah pola candlestick bukan sinyal beli atau jual. Ini hanya alat bantu untuk membaca arah pasar.
Oleh sebab itu, untuk memperkuat analisis, banyak trader menggabungkan pola candlestick dengan metode lain, seperti Metode Wyckoff, Teori Elliott Wave, dan Teori Dow.
Indikator teknikal juga sering digunakan, misalnya: Trend Line, RSI, Stochastic RSI, Ichimoku Cloud, atau Parabolic SAR.
Pola Candlestick Bullish
- Hammer

Pola ini muncul saat tren turun dan memiliki ekor bawah panjang, minimal dua kali ukuran badan. Ini menunjukkan bahwa meskipun sempat terjadi tekanan jual, pembeli berhasil menarik harga kembali naik mendekati harga pembukaan.
Pola ini bisa berwarna merah atau hijau. Hammer hijau biasanya menandakan reaksi bullish yang lebih kuat.
- Inverted Hammer

Mirip Hammer, tapi ekornya panjang ada di atas, bukan di bawah. Muncul saat tren turun dan bisa menjadi sinyal bahwa harga siap berbalik arah ke atas.
Ini menunjukkan bahwa penurunan mulai melemah dan pembeli mungkin akan mengambil alih.
- Three White Soldiers

Terdiri dari tiga candlestick hijau berturut-turut, masing-masing membuka di dalam badan candlestick sebelumnya dan menutup di atas harga tertinggi candlestick sebelumnya.
Biasanya tidak mempunyai ekor bawah panjang yang berarti menunjukkan dominasi pembeli. Jika badan candlestick besar, sinyal bullish dianggap lebih kuat.
- Bullish Harami

Terdiri dari satu candlestick merah besar diikuti oleh candlestick hijau kecil yang seluruhnya berada dalam tubuh candlestick merah sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa tekanan jual mulai melemah dan potensi naik ke atas bisa terjadi.
Pola Candlestick Bearish
- Hanging Man

Kebalikan dari hammer. Muncul setelah tren naik, memiliki ekor bawah panjang dan badan kecil.
Ini akan menandakan adanya tekanan jual setelah tren naik. Bisa menjadi peringatan bahwa tren naik akan segera berakhir.
- Shooting Star

Mempunyai ekor atas yang panjang, badan kecil di bawah, dan hampir tidak ada ekor bawah. Biasanya terjadi setelah tren naik.
Pattern ini mengindikasikan bahwa pasar sempat mencapai titik tertinggi, tapi kemudian penjual mulai mengambil alih. Bisa menjadi sinyal pembalikan arah ke bawah.
- Three Black Crows

Tiga candlestick merah berturut-turut, masing-masing membuka dalam tubuh candlestick sebelumnya dan menutup lebih rendah dari candlestick sebelumnya.
Ini adalah lawan dari Three White Soldiers. Tidak ada ekor atas panjang, menunjukkan tekanan jual terus berlanjut.
- Bearish Harami

Satu candlestick hijau besar diikuti candlestick merah kecil yang berada sepenuhnya di dalam tubuh candlestick sebelumnya.
Biasanya muncul setelah tren naik. Menandakan bahwa pembeli mulai kehilangan tenaga.
- Dark Cloud Cover

Candlestick merah yang membuka di atas penutupan candlestick hijau sebelumnya. Tetapi, menutup di bawah titik tengah candlestick hijau tersebut.
Ini lebih kuat jika diikuti volume trading yang besar. Sebaiknya, dikonfirmasi dengan candlestick merah ketiga.
Kesimpulan
Memahami pola candlestick merupakan salah satu keterampilan penting dalam dunia trading crypto. Dengan memahami pola-pola seperti Hammer, Shooting Star, hingga Three White Soldiers dan Three Black Crows, trader bisa lebih siap membaca arah pasar dan mengambil keputusan dengan lebih bijak. Namun perlu diingat, candlestick bukanlah alat prediksi yang pasti, melainkan hanya salah satu bagian dari analisis teknikal.
Agar analisis semakin kuat, sebaiknya padukan pemahaman candlestick dengan metode atau indikator teknikal lainnya. Yang tak kalah penting, jangan pernah berhenti belajar dan terus tingkatkan kemampuan analisis sebelum mengambil keputusan.
Disclaimer!
Artikel ini bukan merupakan ajakan untuk berinvestasi pada aset manapun. Artikel ini disusun semata-mata untuk tujuan edukasi agar pembaca dapat memperoleh wawasan lebih luas tentang instrumen investasi seperti investasi di kripto. Tetap lakukan riset mandiri atau DYOR (Do Your Own Research) sebelum melakukan investasi.