HarianKripto.id – Bitcoin (BTC) saat ini sedang dalam sorotan. Bukan soal harga, melainkan tentang keamanannya di masa depan. Dengan quantum computing (komputasi kuantum) yang terus berkembang, sistem keamanan lama bisa saja tidak cukup.
Dikutip dari CoinDesk, seorang developer bernama Agustin Cruz telah memperkenalkan draf Bitcoin Improvement Proposal (BIP). Proposal tersebut diberi nama Quantum-Resistant Address Migration Protocol (QRAMP).
Inti dari proposal tersebut adalah untuk memindahkan semua Bitcoin dari dompet lama ke dompet baru yang menggunakan post-quantum cryptography. Hal ini perlu dilakukan demi menghadapi ancaman teknologi komputasi quantum.
Komputasi quantum adalah jenis teknologi komputer yang memiliki perbedaan dengan komputer biasa (klasik). Komputer klasik, biasanya bekerja dengan bit antara 0 atau 1, sedangkan komputasi quantum menggunakan qubit yang bisa jadi 0,1, atau keduanya sekaligus.
Kekuatan komputasi quantum memungkinkan proses perhitungan yang sangat cepat. Hal ini bahkan juga berpotensi membobol sistem enkripsi yang selama ini dianggap aman.
Dalam proposal tersebut, Cruz menyarankan setelah mencapai block height tertentu, node sudah memakai software versi baru dan akan otomatis menolak transaksi dari alamt yang masih menggunakan sistem enkripsi lama Elliptic Curve Digital Signature Algorithm (ECDSA). Hal ini karena alamat-alamat tersebut dianggap rentan terhadap serangan dari komputer kuantum di masa depan.
Perlukah Bitcoin Melakukan Hard Fork?
Saat ini, Bitcoin masih mengandalakn dua algoritma utama untuk menjaga keamanannya. Dua algoritma tersebut adalah SHA-256 untuk proses mining dan ECDSA untuk sistem tanda tangan digital.
Kedua algoritma tersebut dianggap kuat melindungi jaringan Bitcoin dari berbagai serangan. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi, banyak pihak mulai mempertanyakannya.
Agustin Cruz menyatakan bahwa alamat-alamat lama Bitcoin (legacy addresses) yang belum pernah digunakan untuk transaksi masih cukup aman karena belum pernah mengekspos kunci publik mereka ke jaringan. Namun, yang pernah menggunakan alamat untuk transaksi berada dalam posisi rentan.
Sebagai solusi mengatasi masalah ini, Cruz mengusulkan migrasi besar-besaran ke dompet yang sudah menggunakan post-quantum cryptography. Sayangnya untuk menjalakan hal ini tidak mudah.
Bitcoin perlu melakukan hard fork, yaitu perubahan besar pada sistem blockchain yang membuat versi lama dan versi baru tidak lagi kompatibel. Akan tetapi, usulan ini tidak akan mudah, karena komunitas Bitcoin dikenal konservatif terhadap perubahan sistem, terutama apabila menyangkut hard fork.
Sejumlah orang memandang bahwa melakukan hard fork otomatis akan memunculkan dua versi Bitcoin. Ini tentunya bisa dianggap melukai identitas Bitcoin itu sendiri.
Tindakan Preventif Terhadap Bitcoin
Proposal yang diajukan oleh Agustin Cruz sebenarnya bukan reaksi panik terhadap kemajuan terbaru di dunia komputasi kuantum. Justru sebaliknya, langkah ini lebih ke arah tindakan pencegahan dini sebelum benar-benar terjadi sesuatu yang besar.
Dalam proposalnya, dia menyarankan adanya batas waktu migrasi. Jika sampai lewat dari tenggat tersebut dana di dompet lama belum dipindahkan ke dompet yang lebih aman, maka dana tersebut bisa “terkunci” dan tidak bisa digunakan.
Menariknya, ini bukan menjadi yang pertama kalinya ide melindungi Bitcoin muncul. BTQ, sebuah startup yang fokus membangun teknologi blockchain yang tahan terhadap serangan dari komputer kuantum, juga telah mengusulkan pendekatan berbeda.
BTQ memperkenalkan konsep Coarse-Grained Boson Samping (CGBS). Konsep tersebut berbicara tentang metode menggunakan partikel cahaya (boson) untuk menghasilkan pola unik dan tidak menggunakan matematika berbasis hash seperti pada Proof of Work.
Tentu ide yang menarik dari Agustin Cruz dan BTQ dalam misi melindungi Bitcoin dari ancaman komputasi kuantum. Sayangnya, ide perlindungan mereka tetap saja membutuhkan hard fork.
Seperti biasa, perubahan semacam itu memicu perdebatan. Apakah perlu hard fork atau tidak? Begitulah kira-kira pembahasannya.